Merangkul Hujan
apa yang kaupandang pada musim hujan begini: awan mendung,
timbunan garam dalam botol, rindu yang asin di punggung lautan,
halusinasi tentang jarak, jalan raya yang panjang, tempatmu menggelinding
dalam kecengengan, cara paling keren buat membunuh kesedihanmu
yang memalukan; membanting muka sendiri di dalam kaca, memecahkan jendela,
tempat seekor keledai melamun memuntahkan kebodohannya.
sementara hujan belum turun, kau sibuk menerka-nerka, rindu apalagi
yang musti kutulis, tetesan hujan di batang pohon, hiburan masa lalu,
sejarah lemah syahwat, kenangan cinta yang dungu.
timbunan garam dalam botol, rindu yang asin di punggung lautan,
halusinasi tentang jarak, jalan raya yang panjang, tempatmu menggelinding
dalam kecengengan, cara paling keren buat membunuh kesedihanmu
yang memalukan; membanting muka sendiri di dalam kaca, memecahkan jendela,
tempat seekor keledai melamun memuntahkan kebodohannya.
sementara hujan belum turun, kau sibuk menerka-nerka, rindu apalagi
yang musti kutulis, tetesan hujan di batang pohon, hiburan masa lalu,
sejarah lemah syahwat, kenangan cinta yang dungu.
Penyair
suara-suara kemalangan dalam nada liris itu patah oleh gemuruh langit sebelum petir. kutelisik goa dan geronggang tanah, bisu itu sembunyi! ada payung daun pisang dan plastik daur ulang untuk jas hujan, tapi bisu itu dungu yang mabuk roman hujan dan gelar murahan. menyebut diri penyair tapi oleh syair ia gemetar sembunyiMimpi
Kaki ini terus melangkahTak peduli rintangan menghandang
tangan ini terus Menggenggap Menggenggam yang seharusnya kugenggam
Hati yang mengeluarkan ketenangan
Bangun dari keheningan malam
Mengangkat kedua tangan
Memanjatkan doa-doa
Memohon pada sang pecipta
Memberi jalan selebar-lebarnya
Dari hati yang paling tulus
Mohon wujudkan semua mimpiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar